PENGERTIAN PERBUATAN DOSA
Perbuatan dosa menurut pengertian syar’i adalah segala perbuatan yang
dilarang oleh ALLAH S.W.T dan rasul – Nya yang tercantum dalam Al-Quran dan
Hadist. Adapun secara psikologis pengertian dosa adalah sesuatu yang merisaukan
hati.
1. BERBAKTI
KEPADA ORANG TUA
Berbicara tentang berbakti kepada orang tua tidak lepas dari permasalahan
berbuat baik dan mendurhakainya. Mungkin, sebagian orang merasa lebih
‘tertusuk’ hatinya bila disebut ‘anak durhaka’, ketimbang digelari ‘hamba
durhaka’. Bisa jadi, itu karena ‘kedurhakaan’ terhadap Allah, lebih bernuansa
abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja. Lain
halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas amat kelihatan,
gampang dideteksi, diperiksa dan ditelaah,sehingga lebih mudah mengubah sosok
pelakunya di tengah masyarakat, dari status sebagai orang baik menjadi orang
jahat. Penghambaan diri kepada Allah, jelas harus lebih diutamakan. Karena
manusia diciptakan memang hanya untuk tujuan itu. Namun, ketika Allah
‘menggandengkan’ antara kewajiban menghamba kepada-Nya, dengan kewajiban berbakti kepada
orang tua, hal itu menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memang
memiliki tingkat urgensi yang demikian tinggi, dalam Islam. Kewajiban itu
demikian ditekankan, sampai-sampai Allah menggandengkannya dengan kewajiban
menyempurnakan ibadah kepada-Nya.
2. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA
“..dan hendaklah kalian berbuat baik kepada kedua
orang tua.” (Al-Israa : 23) Berbuat baik dalam katagori umum, dalam bahasa
Arabnya disebut ihsaan. Sementara bila ditujukan secara khusus kepada
orang tua, lebih dikenal dengan istilah birr. Dalam segala bentuk hubungan
interaktif, Islam sangatlah menganjurkan ihsan atau kebaikan.
“Sesungguhnya
Allah menetapkan kebaikan, untuk dilakukan dalam segala hal. Bila kalian
membunuh, lakukanlah dengan cara yang baik. Bila kalian menyembelih hewan,
lakukanlah dengan cara baik. Oleh sebab itu, hendaknya seorang muslim
menyiapkan pisau yang tajam, dan upayakan agar hewan sembelihan itu merasa
lebih nyaman.”
Ibnu
Jarir Ath-Thabari menjelaskan, “Allah berpesan agar setiap orang melakukan
bakti kepada orang tua dengan berbagai bentuk perbuatan baik. Namun kepada
selain orang tua, Allah hanya memesankan ’sebagian’ bentuk kebaikan itu saja.
“Katakanlah yang baik, kepada manusia.” (Al-Baqarah : 83).
Orang tua adalah manusia yang paling
berhak mendapatkan dan merasakan ‘budi baik’ seorang anak, dan lebih pantas
diperlakukan secara baik oleh si anak, dari pada orang lain. Ada beragam cara
yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk ‘mengejawantahkan’ perbuatan baiknya
kepada kedua orang tuanya secara optimal. Beberapa hal berikut, adalah
langkah-langkah dan tindakan praktis yang memang sudah ’seharusnya’ kita
lakukan, bila kita ingin disebut ‘telah berbuat baik’ kepada orang tua:
1.
Bersikaplah secara baik,
pergauli mereka dengan cara yang baik pula, yakni dalam berkata-kata, berbuat,
memberi sesuatu, meminta sesuatu atau melarang orang tua melakukan suatu hal
tertentu.
2. Jangan
mengungkapkan kekecewaan atau kekesalan, meski hanya sekadar dengan ucapan
‘uh’. Sebaliknya, bersikaplah rendah hati, dan jangan angkuh.
3. Jangan
bersuara lebih keras dari suara mereka, jangan memutus pembicaraan mereka,
jangan berhohong saat beraduargumentasi dengan mereka, jangan pula mengejutkan
mereka saat sedang tidur, selain itu,jangan sekali-kali meremehkan mereka.
4. Berterima
kasih atau bersyukurlah kepada keduanya, utamakan keridhaan keduanya,
dibandingkan keridhaan kita diri sendiri, keridhaan istri atau anak-anak kita.
5. Lakukanlah
perbuatan baik terhadap mereka, dahulukan kepentingan mereka dan berusahalah
‘memaksa diri’ untuk mencari keridhaan mereka.
6. Rawatlah
mereka bila sudah tua, bersikaplah lemahlembut dan berupayalah membuat mereka
berbahagia, menjaga mereka dari hal-hal yang buruk, serta menyuguhkan hal-hal
yang mereka sukai.
7. Berikanlah
nafkah kepada mereka, bila memang dibutuhkan. Allah berfirman:
“Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling
berhak menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.”
(Al-Baqarah : 215)
8. Mintalah
ijin kepada keduanya, bila hendak bepergian, termasuk untuk melaksanakan haji,
kalau bukan haji wajib, demikian juga untuk berjihad, bila hukumnya fardhu
kifayah.
9. Mendoakan mereka,
seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan ucapanlah, “Ya Rabbi, berikanlah kasih sayang
kepada mereka berdua, sebagaimana menyayangiku di masa kecil.” (Al-Isra :
24)
Semua hal di atas bukanlah ’segalanya’ dalam upaya berbuat baik terhadap
orang tua. Kita teramat sadar, bahwa ‘hak-hak’ orang tua, jauh lebih besar dari
kemampuan kita membalas kebaikan mereka. Mungkin lebih baik kita tidak usah
terlalu berbangga diri, kalaupun segala hal diatas telah dapat kita wujudkan
dalam kehidupan nyata. Karena orang tua adalah manusia yang pertama kali berbuat
baik kepada kita, karena dorongan kasih sayang dan
–terlebih-lebih– penghambaan dirinya kepada Allah. Sementara kita hanya
memberi balasan, setelah terlebih dahulu kita menerima kebaikan dari mereka.
Sehingga, bagaimanapun, nilainya jelas akan berbeda.
WAJIB BERBAKTI (IHSAN) TAAT DAN PATUH PADA KEDUA ORANG TUA
Quran Surah (QS) Al-Baqarah 2:83;
Quran Surah (QS) Al-Baqarah 2:83;
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
Artinya: Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil,
"janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baik kepada kedua
orang tua.."
QS An-Nisa' 4:36;
QS An-Nisa' 4:36;
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: Dan sembahlah Allah jangan menyekutukan-Nya dan berbuat baik
kepada orang tua.
QS Al-An'am 6:151;
QS Al-An'am 6:151;
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat
baik kepada ibu bapak.."
QS Al-Isra' 17:23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
QS Al-Ankabut 29:8
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْناً
Artinya: Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada
kedua orang tuanya.
QS Al-Ahqaf 46:15
QS Al-Ahqaf 46:15
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan
susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan sehingga apabila dia (anak itu) telah
dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, "Ya Tuhanku,
berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat
kebajikan yang Engkau ridai dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai
kepada anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh aku
termasuk orang muslim."
WAJIB BERKATA DAN MEMPERLAKUKAN KEDUA ORANG TUA
DENGAN BAIK
QS Al-Isra' 17:23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
QS Luqman 31:14
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
WAJIB BERSIKAP SANTUN DAN RENDAH HATI PADA ORANG TUA
QS Al-Isra' 17:24
QS Al-Isra' 17:24
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
QS Luqman 31:15
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
QS Ibrahim 14:41
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
QS Al-Isra' 17:24
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
QS Asy-Syuara' 26:86
QS Asy-Syuara' 26:86
وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ
Artinya: dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk
golongan orang-orang yang sesat,
QS Nuh 71:28
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِي مُؤْمِناً وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلا تَزِدْ الظَّالِمِينَ إِلاَّ تَبَاراً
Artinya: Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku,
orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
zalim itu selain kebinasaan".
WAJIB MENOLAK PERINTAH ORANG TUA YANG MELANGGAR
SYARIAH
QS Al-Ankabut 29:8
وَوَصَّيْنَاالْإِنسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حُسْنًا وَإِن جٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَآ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
QS Luqman 31:15
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
DURHAKA KEPADA ORANG TUA
Definisi
Durhaka Kepada Orang Tua
‘Uquuqul walidain (durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Karena itu, Rasulullah saw.
–seperti yang dikutip oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya An-Nihaayah—melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang tua. Seseorang dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa ‘aaqun jika telah menyakiti hati orang tuanya, mendurhakainya, dan telah keluar
darinya. Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi (berbakti kepadanya). Kata al-’uquuq (durhaka)
berasal dari kata al-’aqq yang
berarti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u (memotong). Jadi, seorang anak dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya
jika dia tidak patuh dan tidak berbuat baik kepadanya, atau dalam bahasa Arab
disebut al-’aaq (anak yang durhaka). Jamak
dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah. Berdasarkan pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang
bayi yang baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena rambut itu akan dipotong.
Yang
dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan
“tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak
dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua
orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali
hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu
yang disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta
oleh mereka berdua. Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba,
itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika masih diiringi perbuatan
durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah swt. menggantung semua ibadah
itu sampai kedua orang tuanya ridha. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa
dia berkata, “Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian)
dia berbakti kepada keduanya karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah
akan membukakan dua pintu untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia
hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan
untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak
akan meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan kepada
Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab,
“Sekalipun keduanya telah menzaliminya.” Oleh karena itu ketika ada seseorang
yang memaparkan kepada Rasulullah saw. tentang perbuatan-perbuatan ketaatan
(perbuatan-perbuatan baik) yang telah dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun
memberikan jawaban yang sempurna yang dikaitkan dengan satu syarat, yaitu jika
orang itu tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.
Diriwayatkan
dari ‘Amr bin Murah Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata, “Seorang lelaki pernah
mendatangi Nabi saw. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi
bahwa tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan
Allah. Aku (juga) telah melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan zakat dari
hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab, ‘Barangsiapa yang
meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan bersama para nabi,
shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti seperti ini –beliau memberi
isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah)—sepanjang dia tidak
durhaka kepada kedua orang tuanya.’”
Hadits-hadits Tentang Durhaka
Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Sungguh celaka,
sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya, “Siapa yang celaka, wahai
Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Barangsiapa yang sempat bertemu dengan
kedua orang tuanya, tetapi dia tidak bisa masuk surga (karena tidak berbakti
kepada mereka).”
Diriwayatkan
dari Jabir bin Samrah r.a., dia berkata, Nabi saw. pernah naik ke atas mimbar,
kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin, amin.” Lalu beliau bersabda, “Jibril
a.s. telah mendatangiku, kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa
yang sempat bertemu dengan salah satu dari kedua orang tuanya (dan tidak
berbakti kepada mereka), kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk
neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu)
‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai
Muhammad, barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa)
kemudian meninggal dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke
neraka, dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu)
‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian berkata, ‘Barangsiapa
yang ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi dia tidak (membaca) shalawat
kepadamu, kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah
akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku
mengatakan ‘amin’.'”
Diriwayatkan
dari Mughirah, dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan kepada kalian perbuatan durhaka kepada ibu-ibu (kalian), menuntut
sesuatu yang bukan hak (kalian), dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah
juga telah membenci percakapan tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan
menyia-nyiakan harta.”
Bukhari-Mualim
meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapaknya bahwa dia berkata, “Rasulullah saw.
bersabda, ‘Maukan kalian jika aku beritahukan (kepada kalian) tentang dosa yang
paling besar?’ Beliau mengucapkan sabdanya ini sebanyak tiga kali. Kami
menjawab, ‘Mau, ya Rasulullah.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah
dan durhaka kepada orang tua.’ Saat itu beliau sedang bersandar, kemudian
beliau duduk, lalu bersabda, ‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian
palsu. Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Beliau terus
mengatakan hal itu sampai aku berkata, beliau (hampir saja) tidak diam.”
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Angin surga akan dihembuskan
dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan mencium bau surga itu orang yang
suka menyebut-nyebut amal perbuatannya, orang yang durhaka (kepada orang
tuanya), dan orang yang kecanduan khamr.”
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
r.a. bahwa dia bersabda, Rasulullah saw. bersabda, “(Ada) tiga orang yang tidak
akan dilihat Allah pada hari Kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang
tuannya, orang yang kecanduan khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut
pemberiannya.”
Diriwayatkan
dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda, “Di antara dosa
yang paling besar adalah (apabila) seorang anak melaknat kedua orang tuanya.”
Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seorang anak melaknat
kedua orang tuannya?” Rasulullah saw. menjawab, “(Apabila) anak mencaci ayah
orang lain, maka berarti dia mencaci ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu
orang lain, maka berarti dia telah mencaci ibunya (sendiri).”
Diriwayatkan
dari ‘Aisyah r.a. bahwa dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah
dianggap berbakti kepada sang ayah jika seseorang menajamkan pandangan
(matanya) kepada ayahnya itu karena ia marah (kepadanya).’”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bersabda beliau bersabda, “Sesungguhnya
Allah swt. tidak menyukai perbuatan durhaka (kepada kedua orang tua).”
Diriwayatkan
dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Setiap dosa akan
Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa karena)
durhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan
hukuman perbuatan itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Keridhaan Allah
itu ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada kemarahan
kedua orang tua.”
At-Thurthusi (dari kalangan ulama madzhab Maliki) berpendapat bahwasanya
jika kedua orangtua melarang sang anak untuk melaksanakan sholat sunnah rawatib
sekali atau dua kali maka hendaknya sang anak patuh kepada mereka berdua,
adapun jika mereka melarangnya untuk meninggalkan sholat sunnah rawatib untuk
selama-lamanya maka tidak ada ketaatan pada mereka karena hal ini akan
menyebabkan hilangnya (matinya) syari’at. Berkata Syaikh DR Abdul Bari
Ats-Tsubaiti, “Termasuk durhaka kepada orangtua adalah membuat mereka menangis
dan menyedihkan mereka, membentak dan menghardik mereka, mengucapkan uf (ah)
dan mengeluh dengan perintah mereka, memandang mereka dengan pandagan sinis
(tajam), cemberut dihadapan mereka, tidak membantu mereka, meremehkan pendapat
mereka, mencela mereka dan menuduh mereka (dengan hal-hal yang tidak mereka
lakukan), mencaci mereka dan melaknat mereka, pelit kepada mereka dan tidak
perhatian kepada mereka, meninggalkan mereka dan tidak memberi nasehat kepada
mereka, mendahulukan ketaatan kepada istri dan anak dari pada ketaatan kepada
kedua orangtua, bahkan jika sang istri memintanya untuk mengeluarkan kedua
orangtuanya dari rumahnya maka iapun akan mengeluarkannya, dan yang paling
parah dan paling busuk adalah menyakiti mereka padahal mereka dalam keadaan
lemah, dan terkadang sang anak menginginkan mereka berdua segera mati agar ia
bisa terlepas dari beban merawat mereka jika mereka miskin dan fakir”. Sebagian orang sangat ramah dan lembut
kepada teman-temannya adapun kepada orangtuanya sangat berbalik hingga ayahnya
berangan-angan kalau seandainya dahulu ia mandul.
Berkata Syaikh Utsaimin, “Ketahuilah bahwasanya berbakti kepada kedua orangtua sebagaimana ia merupakan kewajiban maka Allah akan memberi ganjaran kepada anak yang berbakti di dunia sebelum Allah memberi ganjaran kepadanya di akhirat, oleh karena itu kita mendapati –berdasarkan apa yang telah kami dengar dan kami lihat- kita mendapati bahwasanya orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya Allah menganugrahkan kepadanya anak-anak yang berbakti kepadanya dan orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya maka Allah akan memberikan kepadanya anak-anak yang durhaka kepadanya”
Berkata Syaikh Utsaimin, “Ketahuilah bahwasanya berbakti kepada kedua orangtua sebagaimana ia merupakan kewajiban maka Allah akan memberi ganjaran kepada anak yang berbakti di dunia sebelum Allah memberi ganjaran kepadanya di akhirat, oleh karena itu kita mendapati –berdasarkan apa yang telah kami dengar dan kami lihat- kita mendapati bahwasanya orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya Allah menganugrahkan kepadanya anak-anak yang berbakti kepadanya dan orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya maka Allah akan memberikan kepadanya anak-anak yang durhaka kepadanya”
v Ciri – ciri
Durhaka Kepada Orang Tua
1. Mengatakan “ah” kepada orang
tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih, dan juga Tidak
memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
2. Tidak melayani mereka dan
berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya
dan Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut
kekurangannya.
3. Menajamkan tatapan mata kepada
kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.
4. Membuat kedua orang tua
bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak berhak untuk
melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar
daripada hak si anak.
5. Malu mengakui kedua orang
tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang tuanya yang miskin,
berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.
6. Tidak mau berdiri untuk
menghormati orang tua dan mencium tangannya.
7. Duduk mendahului orang
tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis di mana orang
tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang
tua terlecehkan dan marah.
v Akibat - Akibat Durhaka Kepada Orang Tua
Durhaka
kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di
dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara
lain:
1.
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis
Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah
di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku,
barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan
barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”
2.
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far
Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan
silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka
kepada kedua orang tua.”
3.
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far
Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar
karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang
durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia
tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka,
4.
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah
saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua
orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah
menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya
sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”
Ya Allah,
jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu
karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti
kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku
pada mereka.” Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak
terpisahkan antara kita dan kedua orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan
pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita, sehingga kita meninggalkan
warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang saleh, yang dapat mengalirkan
kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di alam
Barzakh dan akhirat.
5.
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali
Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua
karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan
penghormatan terhadap kedua orang tua.”
6.
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis
Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan
kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan
amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”
7.
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far
Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan
pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak
diterima.”
8.
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah
saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang
yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang
disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
Na’udzubillâh,
semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa
dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman
bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak
berjumpa pula di akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari
akibat ini.
9.
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah
saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya
akan dibukakan dua pintu neraka.”
10. Tidak akan mencium aroma surge
Rasulullah
saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena
bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan
tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan
silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…”
11. Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan
anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada
salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu
hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya.
Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda
itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala
sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah. Rasulullah saw bertanya
lagi: Apakah Anda murka padanya? Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun. Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia! Sang ibu
berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw
membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang
pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh. Rasulullah saw bertanya
pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi? Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang
laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor,
baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya
untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ
وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي
الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan
Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku
yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda
kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang
kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang
berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan
aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw
bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau
bertanya: sekarang apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat
lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan
cahayanya meliputi keadaanku.Semoga bermanfaat ya buat yang baca, dan ini pelajaran yang terutama untukMenghormati Orang Tua kalian Terima kasih buat kalian yang sudah baca aku bakal mendoakan untuk para orang tua kalian
SEEE YOUU BYYYEEE BYYYEEE DAHH DAAHHH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar